
Menuju Eliminasi Malaria 2030: BBLKL Gelar Pertemuan Penyusunan Juknis Pengelolaan dan Penjaminan Mutu Pemeriksaan Sampel Vektor Malaria
Ciloto, 12 Juli 2025 – Dalam rangka mendukung target eliminasi malaria nasional pada tahun 2030, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan (BBLKL) menyelenggarakan kegiatan strategis bertajuk “Pertemuan Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penjaminan Mutu Pemeriksaan Sampel Vektor Malaria” pada tanggal 8–12 Juli 2025 di Balai Besar Pelatihan Kesehatan Ciloto. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya standarisasi pengelolaan laboratorium kesehatan masyarakat (Labkesmas) di seluruh Indonesia, khususnya dalam pengambilan dan pemeriksaan sampel vektor malaria. Malaria masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat di Indonesia. Dengan angka kejadian yang signifikan dan potensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), pengendalian penyakit ini menjadi prioritas utama pemerintah. Indonesia menargetkan eliminasi malaria pada tahun 2030, dan untuk itu diperlukan sinergi berbagai pihak serta penguatan sistem surveilans berbasis laboratorium, termasuk peningkatan mutu pemeriksaan vektor malaria.
Hasil kegiatan Pemantapan Mutu Eksternal (PME) tahun 2024 menunjukkan bahwa dari 21 Labkesmas tingkat 4 yang mengikuti evaluasi, hanya 38% yang dinyatakan lulus. Fakta ini menunjukkan perlunya peningkatan kapasitas dan standarisasi yang menyeluruh, mulai dari pengambilan sampel, pemeriksaan, hingga pelaporan hasil laboratorium. Pertemuan penyusunan juknis ini dihadiri oleh 61 peserta yang berasal dari berbagai instansi, baik pusat, daerah, hingga mitra internasional seperti WHO, UNICEF, dan CDC Indonesia. Kegiatan dibuka secara resmi oleh Direktur Tata Kelola Pelayanan Kesehatan Primer, Roy Himawan, S.Farm., Apt., M.K.M., yang menekankan pentingnya konsistensi data dan peningkatan kapasitas Labkesmas sebagai ujung tombak pengendalian vektor malaria. Selama lima hari, peserta mengikuti serangkaian kegiatan mulai dari pemaparan materi, diskusi teknis, hingga penyusunan draf juknis secara berkelompok. Materi yang disampaikan mencakup berbagai aspek, antara lain strategi global WHO, perkembangan riset vektor malaria dari BRIN, metode pengendalian vektor, surveilans epidemiologi, hingga peran teknologi informasi melalui sistem SILANTOR.
Salah satu pemateri, Dr. Ajib Diptyanusa dari WHO, memaparkan strategi pengendalian vektor malaria secara global, termasuk pentingnya surveilans entomologi dan manajemen resistansi insektisida. Sementara itu, dr. Hellen Dewi Prameswari dari Ditjen Pengendalian Penyakit menyoroti situasi dan tantangan eliminasi malaria di Indonesia, terutama di wilayah Papua yang menyumbang lebih dari 90% kasus nasional. Prof. Dr. Din Syafruddin dari Universitas Hasanuddin memberikan materi tentang pentingnya identifikasi molekuler nyamuk Anopheles dalam mendukung surveilans berbasis bukti. Ia menekankan perlunya penggunaan metode modern seperti PCR dan DNA barcoding untuk memastikan ketepatan spesies vektor yang sangat mempengaruhi strategi intervensi. Triwibowo Ambar Garjito, S.Si, M.Kes. Ph.D peneliti dari BRIN menekankan bahwa riset vektor malaria harus menjadi dasar dalam menyusun kebijakan dan intervensi. Ia memaparkan hasil penelitian yang menunjukkan adanya perubahan dominasi spesies nyamuk dan peningkatan resistansi terhadap insektisida di beberapa daerah. Hal ini menegaskan pentingnya pendekatan yang adaptif dan berbasis data lokal.
Kegiatan ini juga menyoroti peran penting SILANTOR (Sistem Informasi Laboratorium Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit) yang dikembangkan oleh Direktorat Kesehatan Lingkungan. SILANTOR menjadi platform digital pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans vektor secara real-time. Sistem ini diharapkan dapat meningkatkan efisiensi, keterpaduan data, dan respons cepat terhadap KLB di berbagai daerah. Salah satu momen kunci dalam kegiatan ini adalah pembentukan kelompok kerja berdasarkan bab dalam petunjuk teknis yang akan disusun. Tiap kelompok terdiri dari berbagai Labkesmas daerah yang berkolaborasi menyusun bagian-bagian penting, mulai dari pendahuluan, pengambilan sampel, pemeriksaan laboratorium, hingga penjaminan mutu. Penyusunan dilakukan secara bertahap, dimana Bab 1–4 disusun secara luring di lokasi kegiatan, sementara Bab 5–8 akan diselesaikan secara daring. Setiap kelompok diharapkan menyelesaikan draf maksimal pada 18 Juli 2025 dan mengunggah hasilnya ke platform yang telah disediakan.
Pada hari keempat, dilakukan presentasi draf awal dari masing-masing kelompok. Diskusi berlangsung aktif dan menghasilkan beberapa rencana tindak lanjut yang konkret, termasuk pelaporan hasil ke pimpinan Labkesmas tingkat 4 serta penyelesaian finalisasi juknis. Kegiatan ditutup oleh Kepala BBLKL Salatiga, Akhmad Saikhu, SKM., M.Sc.PH., yang menyampaikan apresiasi atas antusiasme dan dedikasi peserta. Beliau menyampaikan bahwa hasil dari pertemuan ini akan menjadi langkah penting dalam memperkuat laboratorium kesehatan masyarakat Indonesia dan mendukung eliminasi malaria secara nasional. Penyusunan Petunjuk Teknis Pengelolaan dan Penjaminan Mutu Pemeriksaan Sampel Vektor Malaria ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat sistem laboratorium kesehatan di Indonesia. Dengan semangat kolaborasi, komitmen tinggi, dan dukungan teknologi, diharapkan juknis ini mampu menjadi standar nasional yang mendukung strategi eliminasi malaria 2030 secara efektif dan berkelanjutan.